Ternate Media.Air permukaan di Kota Ternate (Pulau Ternate) yang berupa sungai seluruhnya merupakan sungai kering yang hanya berair pada saat dan setelah hujan besar terjadi, hal ini disebabkan antara lain oleh :
Hutan
dilereng Gunung Gamalama masih berfungsi dengan baik untuk meresapkan air hujan
kedalam tanah, sehingga air hujan yang menjadi air permukaan sangat kecil,
tidak sempat untuk mengisi sungai.
- Batuan pasir tufaan, breksi kerikilan dan
lava bercelah sangat forous dengan transmisivitas tinggi sehingga sangat mudah
menyerap air kedalam tanah.
- Berhubung sungai di Ternate banyak
dilapisi lava dan lahar yang kedap air, maka air tanah sulit memasok kedalam sungai.
Dengan kondisi sungai di Pulau Ternate seperti diatas, maka sungai tidak bisa
diharapkan sebagai sumber air baku.
Kota Tearnate yang dulu
statusnya merupakan kotamadya di kabupatan Maluku Utara, bagian dari wilayah
Provinsi Maluku, sekarang statusnya menjadi ibu kota Provinsi Maluku Utara
hasil pemekaran dari Provinsi Maluku.
Kota Ternate terletak dipesisir timur Pulau
Ternate yang berhadapan dengan pesisir barat Pulau Halmahera bagian tengah.
Morfologi pulau didominasi oleh pegunungan dan sedikit dataran pantai
disekeliling pulau. Morfologi pegunungan dibentuk oleh Gunung Gamalama yang
merupakan gunung api dengan ketinggian 1746 meter dari permukaan laut.
Pulau Ternate dengan luas 64,17
Km² masih mengalami perubahan struktur geologi secara vertical dan horizontal,
karena Gunung Gamalama yang tepat berada di pusat pulau yang bundar ini masih
tergolong aktif. Ukuran melintang barat-timur Pulau Ternate adalah 10 Km,
sedangkan arah selatan-utara diameternya 13 Km.
Wilayah Kota Ternate yang
terletak dipesisir timur merupakan wilayah pemukiman yang relatif aman
dibanding dengan pesisir barat yang merupakan wilayah bahaya dari ancaman
letusan Gunung Gamalama, seperti halnya daerah Togafo, Labuha dan Tarau (Batu
Angus).
Di era sekarang ini Kota
Ternate merupakan kota strategis di Indonesia bagian timur yang dilewati jalur
perdangan Internasional bersama Kota Bitung, Manado dan Darwin di Australia.
Dengan demikian perkembangan pembangunan dan pertambahan penduduk akan semakin
cepat yang memerlukan dukungan berbagai prasarana pendukung termasuk sarana
penyediaan air bersih.
Wilayah Kota Ternate yang
terletak di Indonesia bagian timur pada umumnya mempunyai pola hujan lokal.
Pola lokal ini dicirikan dengan adanya pengaruh yang kuat dari kondisi
setempat. Faktor pembentukannya adalah naiknya udara yang menuju kedataran
tinggi atau pegunungan, serta pemanasan lokal yang tidak seimbang.
Kota Ternate pada umunya tidak
ada bulan kering yang definitif, berubah dari tahun ketahun dan tidak ada bulan
kering yang tetap untuk tiap tahun. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh
lokasi kota yang terletak dipulau kecil dengan Gunung Gamalama di tengahnya.
Musim kemarau di Ternate
normalnya terjadi selama empat bulan berturut-turut dibulan kering, mulai dari
bulan Juni sampai September, sedangkan dari bulan Oktober sampai bulan Mei
tahun berikutnya umumnya merupakan bulan basah yang dapat dikategorikan musim
hujan.
Besar curah hujan tahunan
umunya rata-rata diatas 2300 mm per-tahun, dengan temperatur udara dan
kelembaban nisbi 26,7 °C dan 83 %. Sedangkan penyinaran Matahari dan tekanan
udara tahunan rata-rata sebesar 57,36 % dan 1010,57 mB, dan kecepatan angin
rata-rata sebesar 7,96 Km/Jam dengan arah angin dominan kearah utara dan barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar